Blue fire tampak di celah-celah bebatuan antara pukul 01.00–02.00 WIB. Fenomena ini pun perlahan akan hilang ketika matahari mulai terbit. Untuk menyaksikan blue fire, Anda harus memastikan waktu dan meng-update kondisi kawah sebelum memutuskan ke Ijen. Pasalnya, jika ada potensi gas berbahaya keluar dari kawah, maka para pengunjung dilarang mendaki tengah malam. Namun, Anda tak perlu kecewa bila tidak bisa menyaksikan blue fire. Pemandangan Kawah Ijen pun begitu menakjubkan.
Fenomena blue fire atau api biru yang hanya terdapat di dua negara, yakni Indonesia dan Islandia.
Kawah Ijen merupakan pusat danau kawah terbesar di dunia dengan keindahan yang luar biasa, danau belerang berwarna hijau toska. Ijen sendiri merupakan satu kompleks gunung berapi yang terdiri dari kawah Gunung Ijen dan dataran tingginya. Kawasan ini terletak di tiga kabupaten, yakni Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi. Gunung Ijen berada 2.386 meter di atas permukaan laut.
Puncaknya merupakan rentetan gunung api di Jawa Timur seperti Bromo, Semeru, dan Merapi. Tak hanya itu, Kawah Ijen merupakan tempat penambangan belerang terbesar di Jawa Timur yang masih menggunakan cara tradisional. Sumber belerang Ijen seakan tidak pernah habis dimanfaatkan di berbagai keperluan industri kimia dan lainnya.
Jalur Ke Kawah Ijen
Mencapai Kawah Ijen bisa dilakukan dari dua arah, yaitu dari utara maupun selatan. Jika melalui utara, Anda bisa melalui Situbondo menuju Sempol (Bondowoso) lewat Wonosari, dan dilanjutkan ke Paltuding. Rute melalui jalur utara cenderung lebih mudah karena kondisi jalan yang bagus. Jalur utara ini juga melalui area perkebunan kopi dengan tiga pintu gerbang yang berbeda. Di setiap pintu gerbang, Anda diminta untuk mengisi buku tamu dan tujuan perjalanan.
Sementara jarak Situbondo ke Paltuding sekitar 93 kilometer dan dapat ditempuh dengan perkiraan waktu 2,5 jam. Dari Paltuding, Anda harus berjalan kaki melewati jalan setapak sepanjang 3 kilometer untuk mencapai kawah. Tapi jangan khawatir karena pemandangan pohon kopi dan hutan pinus yang mempesona akan menemani perjalanan Anda. Di Paltuding sendiri ada dua warung yang umumnya akan tutup setelah tengah hari.
Satu warung terletak di dekat dapur pengolahan belerang, sedangkan satu warung lagi sebenarnya untuk melayani para penambang, tapi terkadang ada beberapa pengunjung yang datang. Di warung ini juga dijual cendera mata berupa kaus bergambar Kawah Ijen atau keranjang belerang mini yang terbuat dari bambu diisi dengan serpihan kecil belerang kuning.
Sebelum menuju Sempol, ada baiknya Anda memenuhi tangki bensin terlebih dahulu karena di sepanjang perjalanan menuju Sempol tidak ada pom bensin.
Penginapan di Kawah Ijen
Anda pun tak perlu cemas akan ketersediaan penginapan di sana. Ada beberapa alternatif tempat menginap yang bisa Anda pilih. Di Paltuding, ada dua wisma milik Departemen Kehutanan yang disewakan untuk umum dengan kisaran harga Rp100.000 hingga Rp300.000. Bagi Anda yang ingin mendirikan tenda, tersedia camping ground. Selain itu, ada juga Catimor Homestay yang terletak di kebun Blawan, Sempol, maupun Arabica Homestay di kebun Kalisat, Jampit.
Jika Anda ingin melihat blue fire, maka tempat menginap yang lebih dekat dengan Kawah Ijen adalah wisma milik Departemen Kehutanan. Pastikan Anda menyediakan waktu yang cukup untuk mendaki. Hanya saja, Anda mesti legowo (ikhlas) jika dilarang mendaki tengah malam karena kawah yang mengeluarkan gas berbahaya. Untuk itu, Anda disarankan untuk menyewa seorang pemandu setempat yang sudah memiliki pengalaman. Pemandu tersebut akan memberikan arahan pijakan batu yang aman, waktu, serta lokasi terbaiktermasuk untuk berfoto. Adapun barang wajib yang harus dipakai adalah masker penutup hidung.
Hal lain yang bisa Anda Iihat di Kawah Ijen adalah aktivitas para penambang yang sibuk memikul keranjang berisi tumpukan belerang di punggung. Adapun berat belerang yang mereka bawa berkisar 60—80 kilogram dengan menyusuri jalan yang curam. Dalam sehari, para penambang bisa menaiki Kawah Ijen sebanyak 2—3 kali dengan membawa bongkahan belerang yang dihargai Rp800 per kilogram. Umumnya, para penambang berasal dari desa-desa terdekat, antara lain Licin, Sempol, dan Blawan. (FS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar