Sabtu, 13 September 2014

Wisata Sejarah Kampung Vietnam Di Pulau Batam

Wisata Sejarah di Pulau Batam | Jika pergi ke kota Batam saat menjelajahi kawasan superblock mal Nagoya atau menimati keindahan kawasan Nongsa dan ke Bukit Senyum, hal yang paling identik adalah dengan urusan belanja. Padahal masih ada tujuan wisata bersejarah tentang asal mula penduduk Kota Batam ini yang masih menjadi bagian darii administratif Kepulauan Riau.

Padahal kalau di lihat dari sejarah kependudukan kota Batam pada tahun 1979 Indonesia kedatangan pengungsi dari Vietnam akibat adanya perang soudara dinegara tersebut. Karena adanya konflik dengan tentara vietkong komunis sekitar tahun 1975, mereka terdampar ke beberapa pulau wilayah Malaysia, Thailand, dan Indonesia. Hingga sejarah mencatat hampir250 ribu lebih pengungsi dari warga Vietnam yang keluar dari negaranya untuk mencari suaka perdamaian. Singkat kata dalam sebuah pertemuan badan dunia PBB, Indonesia bersedia menampung seluruh pengungsi yang telah terpecah ke berbagai negara dan di tempatkan di Pulau Galang  Kepulauan Riau. 

Dan di pulau itu komisi PPB untuk urusan pengusian menirikan fasilitas yang dibutuhkan mulai dari rumah tinggal, rumah sakit, sekolah, jalan hingga penjara. Sebagai kompensasi para pengungsi tersebut tidak boleh berinteraksi dengan penduduk asli karena untuk menghindari penularan penyakit kelamin Vietnam Rose hingga dan mereka tinggal disana sampai tahun 1996.

Jarak Kota Batam dan Pulau Galang

Untuk menuju ke Pulau Galang dari Kota Batam, kita hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan darat mlewati jembatan Barelang, singkatan dari Batam, Remoang dan Galang. Warga sekitar juga ada yang menyebut Jembatan Habibie, Karena beliaulah yang mendirikannya. Sesampainya di Pulau Galang kita langsung menuju ke Kampung Vietnam, karena disanalah peninggalan pemukiman warga Vietnam. Kampung Vietnam terketak di Desa Sijantung yang berda dikawasan seluas 80 hektar.

Sesampainya disana kita akan menemukan sebuah gerbang mirip bentuk perahu berwarna merah dan putih yang menjadi penanda kampung, nah untuk masuk ke kawasan kita hanya membayar Rp. 3.000 untuk satu orang dan Rp. 5.000 untuk satu mobil. Setelah itu kita akan melihat patung perempuan lemah terkulai dinamakan Humanity Statue, merupakan monumen untuk mengenang tragedi kemanusiaan seorang wanita Vietnam yang bunuh diri setelah diperkosa sesama pengungsi.
Selanjutnya, tidak jauh dari patung Humanity Statue terdapat pemakaman Nghia-Trang Galang. Sekitar 503 pengungsi dimakamkan disini akibat penyakit yang diderita selama berlabuh berbulan-bulan dilautan. Bahkan ada juga yang bunuh diri karena menolak untuk di kembalikan ke negara asalnya atau disalurkan ke negara-negara lain seperti Amerika, Kanada, Belanda, Perancis, Australia dan sebagainya. Pada saat artikel ini ditulis kembali salah satu pengungsi Vietnam tersebut ada yang menjadi Gubernur di negara bagian Australia Selatan ke-35 pada bulan  1 September 2014, orang itu bernama bernama Hieu Van Le.

Bangunan Peninggalan Pengungsi Vietnam

Bagi yang suka fotografi, di Kampung Vietnam akan ditemui Vihara yang masih terawat, Mesjid, Gereja dan Perahu yang dulu dipakai pengungsi vietnam dan jejeran rumah-rumah yang sudah mulai lapuk. Kampung itu seperti kota mati, dimana banyak kendaraan motor, mobil atau perabotan rumah tangga yang ditinggal begitu saja.

Bangunan yang terawat dengan baik adalah rumah ibadah, konon Gereja Katolik disana masih dalam kondisi asli semua. Kira-kira seperti itulah gambaran kehidupan Kampung Vietnam dahulu yang dipenuhi cerita kepiluan uang dibawa oleh manusia perahu.

1 komentar: