Kasepuhan Adat Ciptagelar berdiri di Bogor, 640 tahun yang lalu. Tempat tinggal kasepuhan selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Pindahnya tempat tinggal ini dikarenakan datangnya wangsit dari leluhur kepada Abah. Pada akhir tahun 2000 Abah Anom (alm Encup Sucipta) sebagai pimpinan Kasepuhan pada saat itu menerima wangsit (perintah) dari leluhur untuk pindah dari Kampung Ciptarasa ke Kampung Ciptagelar.
Ciptagelar artinya terbuka atau pasrah menerima perpindahan tersebut. Wangsit ini diterima oleh alm Abah Anom setelah melalui proses ritual beliau yang hasilnya tidak boleh tidak, mesti dilakukan. Oleh karena itulah perpindahan Kampung Adat merupakan Kesetiaan dan Kepatuhan kepada para leluhur.
Secara administratif, Kampung Ciptagelar berada di wilayah Dusun Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Jarak kampung Ciptagelar dari desa Sirnaresmi 14 km, dari kota kecamatan 27 km, dari pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi 103 km dan dari Bandung 203 km ke arah barat. Kampung Ciptagelar berada pada posisi koordinat S 06 47' 10,4'. Data Tahun 2008 Kasepuhan Adat Ciptagelar dihuni oleh 293 orang yang terdiri dari 84 kepala keluarga yakni 151 orang laki-laki dan 142 orang perempuan.
Sistim Pertanian Kampung Ciptagelar
Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Di Ciptagelar panen hanya dilakukan sekali dalam setahun, hal ini berbeda dengan masarakat pada umumnya yang melakukan panen 3-4 kali dalam setahun. Sistem penanaman lahan pun memiliki aturan yaitu lahan untuk menanam padi sekali setahun diselingi dengan menanam sayur agar unsur hara di dalam tanah tidak rusak dan kembali normal.
Komoditas utama hasil pertanian incu Putu (warga) Ciptagelar ini adalah padi. Hasil dari panen Padi tersebut disimpan di dalam leuit (lumbung). Setiap keluarga memiliki satu atau lebih leuit yang masing-masing leuit dapat menampung antara 500-1000 pocong (ikat) padi. Terdapat satu lumbung yang dikhususkan untuk menampung sebagian hasil panen warga dimana setiap satu kepala keluarga diharuskan menyimpan satu ikat padi dilumbung tersebut. Lumbung tersebut dinamakan Leuit si Jimat. Dengan adanya Leuit si Jimat ini, warga yang membutuhkan padi dapat meminjam dari lumbung tersebut. Leuit si Jimat ini dapat menampung sekitar 8700 ikat (pocong) padi.
Adat Istiadat Kasepuhan Ciptagelar
Pakaian adat yang biasa digunakan masyarakat sekitar Kasepuhan adalah baju koko warna hitam tau putih (bersih) dan iket atau ikat kepala untuk kaum lelaki. Untuk kaum wanita biasanya menggunakan camping atau kain sarung serta kebaya. Pakaian adat ini harus dipakai saat masuk ke dalam Imah Gede (rumah Abah untuk menerima tamu dan tempat melakukan kegiatan-kegiatan adat). Tempat tingal warga Ciptagelar juga harus mengikuti aturan dari leluhur dengan menggunakan rumah panggung (atap yang terbuat dari daun kirai dan ijuk, dinding dari bilik bambu dan umpakan).
Warga Kasepuhan Adat Ciptagelar tidak menggunakan genteng sebagai atap rumahnya, karena hidup di bawah genteng yang terbuat dari tanah, hanya untuk orang yang sudah meninggal yang berada di bawah tanah.
Selain pakaian adat dan rumah adat yang menjadi ciri khas masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, terdapat upacara-upacara adat atau ritual adat yang rutin dilaksanakan. Adapun upacara adat yang terkenal hingga luar kota dan rutin dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Ciptagelar adalah Seren Taun. Maksud diadakannya Seren Taun ini adalah sebagai ucapan rasa syukur alas hasil panen yang melimpah.
Dalam acara Seren Taun berbagai macam kesenian ditampilkan diantaranya, Jipeng, Topeng, Angklung, dog-dog lojor, wayang golek dll. Acara tradisi Seren Taun ini dihadiri oleh seluruh warga adat Banten Kidul, undangan-undangan, serta masyarakat luar Kasepuhan Ciptagelar.
Seren Taun merupakan acara puncak dari segala kegiatan masyarakat Kasepuhan, seperti: Upacara Ngaseuk, Syukuran Penanaman Padi / Upacara Sapang Jadian Pare. Selamatan Pare Ngidam, Mapag Pare Beukah, Upacara Sawenan, Syukuran Mipit Pare, Nganjaran / Ngabukti, Ponggokan.
Selain upacara upacara adat yang terkait dengan padi, ada upacara lain yang dilakukan masyarakat baik pimpinan Abah maupun secara pribadi yaitu :
- Selamatan empatbelasna, di saat bulan purnama
- Upacara Nyawen Bulan Safar, pemasangan jimat kampung
- Selamat Rosulan - Permohonan
- Selamatan Beberes - menghindarkan masalah karena pelanggaran
- Sedekah maulud dan ruwah - saling mengirimkan makanan
Nah gitu aja dulu cerita tentang kampung yang asri dan penuh dengan budaya sunda yang kental, pastikan mobil Anda siap untuk menempuh jalanan bebatuan yang terjal dan menanjak ya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar